DEFINISI Dialisa adalah proses pembuangan limbah metabolik dan kelebihan cairan dari tubuh.
Ada 2 metode dialisa, yaitu hemodialisa dan dialisa peritoneal. Pada
hemodialisa, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan dipompa ke
dalam mesin yang akan menyaring zat-zat racun keluar dari darah dan
kemudian darah yang sudah bersih dikembalikan lagi ke dalam tubuh
penderita. Jumlah total cairan yang dikembalikan dapat disesuaikan. Pada
dialisa peritoneal, cairan yang mengandung campuran gula dan garam
khusus dimasukkan ke dalam rongga perut dan akan menyerap zat-zat racun
dari jaringan. Cairan tersebut kemudian dikeluarkan lagi dan dibuang.
ALASAN DILAKUKANNYA DIALISA
Dialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan: - Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik) - Perikarditis (peradangan kantong jantung) - Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan lainnya - Gagal jantung - Hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah).
Dialisa
banyak digunakan sebagai pencegahan pada gagal ginjal akut yang
pembentukan kemihnya sangat sedikit dan dilanjutkan sampai pemeriksaan
darah menunjukkan bahwa fungsi ginjal telah kembali. Pada gagal
ginjal kronis, dialisa dilakukan jika hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik atau jika penderita
tidak dapat lagi melakukan kegiatannya sehari-hari.
Frekuensi
dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang
tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3
kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika: - penderita kembali menjalani hidup normal - penderita kembali menjalani diet yang normal - jumlah sel darah merah dapat ditoleransi - tekanan darah normal - tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.
Dialisa
bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal
kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani
pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
Dialisa juga bisa digunakan untuk membuang obat tertentu atau racun dari tubuh.
PERMASALAHAN
Penderita yang menjalani dialisa memerlukan makanan dan obat khusus. Nafsu
makan penderita menurun dan terjadi kehilangan protein selama dialisa
peritoneal, karena itu penderita biasanya memerlukan diet tinggi protein
(secara kasar sebanyak 1 gram/kg BB).
Asupan natrium dan kalium harus dibatasi sampai 2 gram/hari. Asupan makanan kaya fosfat juga harus dibatasi. Asupan cairan pada penderta yang memiliki kadar natrium rendah harus dibatasi.
Sangat penting untuk melakukan penimbangan berat badan setiap hari. Penambahan berat badan yang berlebihan menunjukkan terlalu banyaknya asupan cairan.
Multivitamin dan tambahan zat besi perlu diberikan untuk menggantikan zat gizi yang hilang pada proses dialisa. Penderita
yang menjalani dialisa dan menerima banyak transfusi darah seringkali
mendapatkan terlalu banyak zat besi karena darah mengandung sejumlah
besar zat besi. Karena itu penderita tidak mendapatkan tambahan zat
besi. Untuk merangsang pembentukan se darah merah bisa diberikan hormon (testosteron atau eritropoietin). Pengikat fosfat (misalnya kalsium karbonat atau kalsium asetat) diberikan untuk membuang kelebihan fosfat.
Kadar
kalsium darah yang rendah atau penyakit tulang hiperparatiroid yang
berat diobati dengan kalsitriol (salah satu bentuk vitamin D) dan
tambahan kalsium.
Pada penderita gagal ginjal sering dijumpai
tekanan darah tinggi. Pada 50% penderita, hal ini bisa diatasi secara
sederhana dengan membuang sejumlah cairan selama dialisa. Sedangkan pada
penderita lainnya perlu diberikan obat-obatan untuk menurunkan tekanan
darah.
HEMODIALISA
Hemodialisa adalah suatu
prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam
sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan.
Pada
hemodialisa, darah penderita mengalir melalui suatu selang yang
dihubungkan ke fistula arteriovenosa dan dipompa ke dalam dialyzer. Untuk mencegah pembekuan darah selama berada dalam dialyzer maka diberikan heparin.
Di dalam dialyzer, suatu selaput buatan yang memiliki pori-pori memisahkan darah dari suatu cairan (dialisat) yang memiliki komposisi kimia yang menyerupai cairan tubuh normal. Tekanan
di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di
dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di
dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Tetapi
sel darah dan protein yang besar tidak dapat menembus pori-pori selaput
buatan ini. Darah yang telah dicuci lalu dikembalikan ke dalam tubuh penderita.
Dialyzer memiliki ukuran dan tingkat efisiensi yang berbeda-beda. Mesin
yang lebih baru sangat efisien, darah mengalir lebih cepat dan masa
dialisa lebih pendek (2-3 jam, sedangkan mesin yang lama memerlukan
waktu 3-5 jam). Sebagian besar penderita gagal ginjal kronis perlu menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi | Penyebab | Demam | Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen) di dalam darah Dialisat terlalu panas | Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal (anafilaksis) | Alergi terhadap zat di dalam mesin Tekanan darah rendah | Tekanan darah rendah | Terlalu banyak cairan yg dibuang | Gangguan irama jantung | Kadar kalium & zat lainnya yg abnormal dalam darah | Emboli udara | Udara memasuki darah di dalam mesin | Perdarahan usus, otak, mata atau perut | Penggunaan heparin di dalam mesin untuk mencegah pembekuan |
DIALISA PERITONEAL
Pada peritoneal dialisa, yang bertindak sebagai penyaring adalah peritoneum (selaput yang melapisi perut dan membungkus organ perut). Selaput
ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah.
Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke
dalam rongga perut.
Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan
harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari
aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut. Kemudian cairan dikeluarkan, dibuang dan diganti dengan cairan yang baru.
Biasanya
digunakan selang karet silikon yang lembut atau selang poliuretan yang
berpori-pori, sehingga cairan mengalir secara perlahan dan tidak terjadi
kerusakan.
Dialisa peritoneal tidak boleh dilakukan pada penderita yang: - menderita infeksi dinding perut - memiliki hubungan abnormal antara dada dan perut - baru saja menjalani pencangkokkan pembuluh darah buatan di dalam perut - memiliki luka baru di perut.
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam dialisa peritoneal: - Dialisa peritoneal intermiten manual.
Merupakan teknik yang paling sederhana. Sebuah
kantong berisi cairan dipanaskan sesuai suhu tubuh, lalu cairan
dimasukkan ke dalam rongga peritoneum selama 10 menit dan dibiarkan
selama 60-90 menit, kemudian dikeluarkan dalam waktu 10-20 menit. Keseluruhan prosedur memerlukan waktu sekitar 12 jam. Teknik ini terutama digunakan untuk mengobati gagal ginjal akut.
- Dialisa peritoneal intermiten dengan pemutar otomatis.
Bisa dilakukan di rumah penderita. Suatu
alat dengan pengatur waktu secara ototmatis memompa cairan ke dalam dan
keluar dari rongga peritoneum. Biasanya alat pemutar dipasang pada
waktu tidur sehingga pengobatan dijalani pada saat penderita tidur. Pengobatan ini harus dilakukan selama 6-7 malam/minggu.
- Dialisa peritoneal berpindah-pindah yang berkesinambungan.
Cairan dibiarkan di dalam perut dalam waktu yang lama, dan dikeluarkan serta dimasukkan lagi sebanyak 4-5 kali/hari. Cairan
dikemas dalam kantong polivinil klorida yang dapat dikembangkempiskan.
Jika kosong, kantong ini bisa dilipat tanpa harus melepaskannya dari
selang. Biasanya cairan harus diganti sebanyak 3 kali, dengan selang
waktu 4 jam atau lebih. Setiap pergantian memerlukan waktu 30-45 menit.
- Dialisa peritoneal yang dibantu oleh pemutar secara terus menerus.
Teknik
ini menggunakan pemutar otomatis untuk menjalankan pergantian singkat
selama tidur malam, sedangkan pergantian yang lebih lama dilakukan tanpa
pemutar pada siang hari. Teknik ini mengurangi jumlah pergantian di
siang hari tetapi pada malam hari penderita tidak dapat bergerak secara
leluasa karena alatnya tidak praktis.
Komplikasi Dialisa Peritoneal - Perdarahan di tempat pemasangan selang atau perdarahan di dalam perut
- Perforasi organ dalam pada saat memasukkan selang
- Kebocoran cairan di sekitar selang atau ke dalam dinding perut
- Penyumbatan aliran cairan oleh bekuan darah
- Infeksi, baik pada peritoneum maupun di kulit tempat selang terpasang (menyebabkan terbentuknya abses). Infeksi biasanya terjadi karena prosedur dialisa yang kurang steril. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotik.
- Hipoalbuminemia
- Sklerosis peritonealis (pembentukan jaringan parut di peritoneum), yang mengakibatkan penyumbatan parsial usus halus
- Hipotiroidisme
- Hiperglikemia, sering terjadi pada penderita kencing manis
- Hernia perut dan selangkangan
- Sembelit
|